kadang kuberharap
ketidakhadiranku diwaktu-waktumu
tlah membuatmu termenung
melamunkan buih-buih yang sempat menyentuh kaki-kakimu
dan kau pun teteskan airmata
seringkali kukhayalkan
bahwa kau tangisi ketiadaanku di sisimu
lalu kau inginkan gunung pasir di hadapanmu memelukmu
buat hangatkan relung hatimu yang telah kosong
dan kaupun mimpikan angin selimuti jiwamu
seperti dulu kala rasaku temani sepimu
seperti saat ini ku berharap
kau ceritakan tentang ruang rindumu
yang tlah lama kau pendam
buat hilangkan sesak yang merajam
meski dalam sepi
lalu kau kisahkan
pada langit atas tentang gemuruh ombak rasamu
yang tak mampu kau terjang lagi
hingga biru lautmu tak mampu tampung air matamu
tapi bila waktu-waktumu
tak pernah ceritakan kerinduanmu tentangku
biarlah ku hanya pernah berharap
kau masih sisakan keping hatimu
dan kau tak sanggup menguburnya
Sabtu, 19 April 2008
Minggu, 13 April 2008
menanti kabar
kau yang berlayar menuju ufuk citamu
tlah titipkan pesan lewat ombak pada celah-celah karang
namun pasirku tak mampu terjemahkan buih pesanmu
hanya putih bercampur udara ditelan tumpukan kerang
memang aku tak pernah bayangkan kau kembali
bersama layarmu yang terkembang
bawa muatan; mutiara dan batu-batu putih
dan kubayangkan semua untukku
masih saja kau biarkan tubuhku dibelai angin
hingga di setiap desirnya
selalu kutanya tentangmu
tentang gelombang yang hanyutkanmu
tentang biru yang pernah kaujelajahi
tentang kayu yang pernah kausinggahi
tapi hanya lirihan sepi yang kudengar
dan gelisah ombak pada deburnya
dan kesedihan matahari di teriknya
dan keteguhan karang pada kikisannya
kau yang tlah berlayar mengejar ufuk asamu
tlah sematkan salam pada gelombang
yang tak pernah mampu kubaca biru gemuruhnya
biarlah pasir sendiri menepi menanti kabar pasti
tlah titipkan pesan lewat ombak pada celah-celah karang
namun pasirku tak mampu terjemahkan buih pesanmu
hanya putih bercampur udara ditelan tumpukan kerang
memang aku tak pernah bayangkan kau kembali
bersama layarmu yang terkembang
bawa muatan; mutiara dan batu-batu putih
dan kubayangkan semua untukku
masih saja kau biarkan tubuhku dibelai angin
hingga di setiap desirnya
selalu kutanya tentangmu
tentang gelombang yang hanyutkanmu
tentang biru yang pernah kaujelajahi
tentang kayu yang pernah kausinggahi
tapi hanya lirihan sepi yang kudengar
dan gelisah ombak pada deburnya
dan kesedihan matahari di teriknya
dan keteguhan karang pada kikisannya
kau yang tlah berlayar mengejar ufuk asamu
tlah sematkan salam pada gelombang
yang tak pernah mampu kubaca biru gemuruhnya
biarlah pasir sendiri menepi menanti kabar pasti
Selasa, 08 April 2008
hang & blank
bila kau tak mampu menangkap rimis
yang aku tebarkan lewat awan silam
biarkan sajalah ia mengalir
semoga kau masih mampu menangkap embun
bukan kabutku yang memaksamu
hingga kau diselimuti biruku
namun tlah kaubiarkan anginmu menerpaku
seperti dulu kala gunung tersipu malu
menanti dewi, menunggu api, tinggalkan mimpi
yang tlah kau tinggalkan di jalan setapak
terpahat di pucuk-pucuk cemara
hingga burung-burung merindukan rumput hijau
dan itulah yang slalu terbaca di mataku
hingga airmata berarak menuju puncak
bila ku tak mampu membakar matarimu
hingga kemarau terpa hutanku
biarkan sajalah ia membeku
semoga kau masih mampu malamkan bulan
temani dingin, temani gelap
pada sunyi-sunyi yang tak bermimpi
tetap saja bintangmu tak mampu kuraih
hingga kubiarkan saja merah menyambut pagi
yang aku tebarkan lewat awan silam
biarkan sajalah ia mengalir
semoga kau masih mampu menangkap embun
bukan kabutku yang memaksamu
hingga kau diselimuti biruku
namun tlah kaubiarkan anginmu menerpaku
seperti dulu kala gunung tersipu malu
menanti dewi, menunggu api, tinggalkan mimpi
yang tlah kau tinggalkan di jalan setapak
terpahat di pucuk-pucuk cemara
hingga burung-burung merindukan rumput hijau
dan itulah yang slalu terbaca di mataku
hingga airmata berarak menuju puncak
bila ku tak mampu membakar matarimu
hingga kemarau terpa hutanku
biarkan sajalah ia membeku
semoga kau masih mampu malamkan bulan
temani dingin, temani gelap
pada sunyi-sunyi yang tak bermimpi
tetap saja bintangmu tak mampu kuraih
hingga kubiarkan saja merah menyambut pagi
Selasa, 01 April 2008
used to be
semestinya tak kuucap lagi namamu di sini
tapi bibir ini selalu bicara tentang hati
yang tak berhenti berlari
seharusnya tak kuketik lagi namamu di papan
namun jari ini tak mampu memendam
meski dendan tlah terpejam
kau yang pernah terbuang oleh rasa,
atau kau yang membuang rasa
dan menyimpannnya dalam-dalam
di bawah lipatan
hingga tak mampu kau ungkapkan
dan mau menanggung beban abad silam
maafkan sajalah semua rasamu itu
bukan salahku atau salahmu
bila ia mengintai dalam gelapmu
menanti hingga kau lengah
dan menerkammu
tanpa balas
seperti ia tlah menerkamku
merobek sisa ombakmu
mengoyak sadarku akan pantaimu
yang dulu pernah kau tanam
lalu kupendam dalam-dalam
seharusnya tak kubakar kertas-kertas rapuh ini
dan kubiarkan saja hujan melarutkannya
hingga terhanyut menuju lautmu
tapi bibir ini selalu bicara tentang hati
yang tak berhenti berlari
seharusnya tak kuketik lagi namamu di papan
namun jari ini tak mampu memendam
meski dendan tlah terpejam
kau yang pernah terbuang oleh rasa,
atau kau yang membuang rasa
dan menyimpannnya dalam-dalam
di bawah lipatan
hingga tak mampu kau ungkapkan
dan mau menanggung beban abad silam
maafkan sajalah semua rasamu itu
bukan salahku atau salahmu
bila ia mengintai dalam gelapmu
menanti hingga kau lengah
dan menerkammu
tanpa balas
seperti ia tlah menerkamku
merobek sisa ombakmu
mengoyak sadarku akan pantaimu
yang dulu pernah kau tanam
lalu kupendam dalam-dalam
seharusnya tak kubakar kertas-kertas rapuh ini
dan kubiarkan saja hujan melarutkannya
hingga terhanyut menuju lautmu
Langganan:
Postingan (Atom)